April 1, 2025

Ketumbar adalah salah satu rempah yang banyak digunakan dalam berbagai masakan di seluruh dunia. Dari masakan Asia, Timur Tengah, hingga Amerika Latin, ketumbar sering digunakan untuk memberikan aroma dan rasa khas yang segar. Namun, tidak semua orang menyukai rasa ketumbar. Mengapa beberapa orang tidak menyukai rasa ketumbar ? Bahkan, ada sebagian orang yang menganggap ketumbar memiliki rasa seperti sabun atau logam, sehingga mereka benar-benar menghindarinya. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Fenomena ini bukan hanya sekadar masalah selera, tetapi juga berkaitan dengan faktor genetik, budaya, dan pengalaman individu. Berikut adalah berbagai alasan mengapa beberapa orang tidak bisa menikmati ketumbar seperti kebanyakan orang lainnya.

1. Faktor Genetik dan Sensitivitas Terhadap Aldehida

Salah satu alasan utama mengapa beberapa orang tidak menyukai ketumbar adalah faktor genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara preferensi rasa ketumbar dengan variasi gen tertentu dalam tubuh manusia.

Secara khusus, gen OR6A2 yang ada pada reseptor penciuman manusia berperan dalam mendeteksi senyawa aldehida, yang merupakan komponen utama dalam aroma ketumbar. Senyawa aldehida ini juga ditemukan dalam sabun, sehingga orang dengan sensitivitas tinggi terhadap aldehida akan merasakan ketumbar sebagai sesuatu yang berbau atau berasa seperti sabun.

Orang yang memiliki varian tertentu dari gen OR6A2 lebih sensitif terhadap senyawa ini, sehingga mereka cenderung merasa bahwa ketumbar memiliki rasa yang tidak enak atau bahkan menjijikkan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki varian gen ini akan menikmati aroma segar ketumbar dan menganggapnya sebagai bumbu yang lezat dalam masakan.

2. Perbedaan Budaya dan Paparan Terhadap Ketumbar

Selain faktor genetik, budaya dan kebiasaan makan juga mempengaruhi apakah seseorang menyukai atau tidak menyukai ketumbar. Di banyak negara Asia, India, Timur Tengah, dan Amerika Latin, ketumbar adalah bagian penting dari masakan tradisional. Orang yang tumbuh dengan makanan yang mengandung ketumbar sejak kecil akan terbiasa dengan rasa dan aroma rempah ini, sehingga mereka lebih mungkin menyukainya.

Sebaliknya, di beberapa negara Eropa dan Amerika Utara, ketumbar bukanlah bahan yang umum digunakan dalam masakan sehari-hari. Orang yang tidak terbiasa dengan ketumbar mungkin akan merasa bahwa rasa dan aromanya terlalu kuat atau asing, sehingga mereka cenderung menolaknya.

3. Pengaruh Pengalaman dan Persepsi Individu

Pengalaman makan seseorang juga dapat mempengaruhi apakah mereka menyukai atau tidak menyukai ketumbar. Jika seseorang pernah mengalami pengalaman buruk dengan ketumbar, seperti mencicipinya dalam jumlah yang berlebihan atau dalam hidangan yang tidak mereka sukai, mereka mungkin mengembangkan persepsi negatif terhadap bumbu ini.

Selain itu, otak manusia memiliki cara unik dalam mengasosiasikan rasa dengan pengalaman. Jika seseorang pernah merasa mual atau sakit setelah mengonsumsi makanan yang mengandung ketumbar, otaknya bisa mengasosiasikan rasa ketumbar dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini bisa membuat mereka secara tidak sadar menghindari ketumbar di kemudian hari.

4. Perbedaan Cara Memasak Ketumbar

Cara ketumbar diolah juga bisa mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya. Daun ketumbar segar memiliki rasa yang lebih tajam dan aromatik, yang bagi sebagian orang bisa terasa seperti sabun. Sementara itu, biji ketumbar yang sudah dikeringkan dan dihaluskan memiliki rasa yang lebih hangat, ringan, dan sedikit pedas, yang lebih mudah diterima oleh banyak orang.

Dalam beberapa masakan, ketumbar digunakan dalam bentuk mentah, seperti dalam salad atau sebagai taburan di atas hidangan. Ini dapat membuat aroma dan rasa aldehida lebih terasa, sehingga lebih mungkin menimbulkan reaksi negatif dari mereka yang sensitif terhadapnya. Sebaliknya, jika ketumbar dimasak atau dipadukan dengan rempah-rempah lain, rasa aldehidanya dapat berkurang, sehingga lebih bisa diterima oleh lidah.

5. Adaptasi Rasa Seiring Waktu

Meskipun beberapa orang memiliki reaksi kuat terhadap rasa ketumbar, ada juga yang akhirnya bisa beradaptasi dan mulai menyukainya. Sama seperti makanan atau minuman lain yang awalnya terasa aneh tetapi akhirnya bisa dinikmati, ketumbar juga bisa menjadi sesuatu yang bisa disukai dengan paparan yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat dengan bahan makanan lain.

Beberapa cara untuk beradaptasi dengan rasa ketumbar adalah dengan mulai mencobanya dalam jumlah kecil, mencampurnya dengan bahan yang lebih familiar, atau menggunakan biji ketumbar yang memiliki rasa lebih ringan daripada daun segarnya.

Kesimpulan

Ketidaksukaan terhadap ketumbar bukan hanya masalah selera pribadi, tetapi juga berkaitan dengan faktor genetik, budaya, pengalaman individu, dan cara penyajiannya dalam masakan. Bagi sebagian orang, gen OR6A2 membuat mereka lebih sensitif terhadap aldehida dalam ketumbar, sehingga mereka merasakan rasa sabun yang tidak menyenangkan.

Selain itu, kurangnya paparan terhadap ketumbar dalam budaya kuliner seseorang serta pengalaman buruk dengan rempah ini juga dapat menyebabkan ketidaksukaan. Namun, bagi mereka yang ingin mencoba menyukai ketumbar, ada berbagai cara untuk beradaptasi dengan rasanya, seperti mencicipinya dalam jumlah kecil atau mencoba bentuk bijinya yang lebih ringan.

Pada akhirnya, apakah seseorang menyukai atau tidak menyukai ketumbar sangatlah subjektif. Yang terpenting adalah menghargai perbedaan preferensi rasa dan menikmati makanan sesuai dengan selera masing-masing.

Back To Top